Setiap orang pasti mengenal yang namanya PRESIDEN. Dan siapa yang menduduki jabatan istimewa tersebut pasti dikenal diseluruh pelosok. Namun, ada beberapa sosok yang mungkin tidak diketahui oleh sejumlah besar orang di Negeri ini, padahal mereka pernah menjadi orang No. 1 di Negeri ini. Mereka? Pasti pertanyaan tersebut menyebutkan untuk banyak orang. Ini alasannya sehingga Aku memberikan judul postingan kali ini dengan "Presiden RI Yang Terlupakan Part 1". Dengan menyebutkan part 1 itu berarti masih ada yang lain pada part-part berikut. Siapakah yang akan diulas pada part 1 ini? Pada part 1 ini yang akan diulas yaitu "Mr. Sjafruddin Prawiranegara.
Mr. Sjafruddin Prawiranegara atau yang akrab dipanggil Sjafruddin (Syafruddin) merupakan salah seorang tokoh yang pernah menduduki jabatan sebagai orang No.1 di Negeri ini. Tokoh yang lahir di Anyar Kidul yang memiliki nama kecil "Kuding" ini memiliki darah keturunan Sunda Banten dan Minangkabau. Buyutnya, Sutan Alam Intan, masih keturunan raja Pagaruyung di Sumatera Barat, yang dibuang ke Banten karena terlibat Perang Padri. Ia menikah dengan putri bangsawan Banten, melahirkan kakeknya yang kemudian memiliki anak bernama R. Arsyad Prawiraatmadja. Ayah Syafruddin bekerja sebagai jaksa, namun cukup dekat dengan rakyat, dan karenanya dibuang oleh Belanda ke Jawa Timur.
Syafruddin menempuh pendidikan ELS pada tahun 1925, dilanjutkan ke MULO di Madiun pada tahun 1928, dan AMS di Bandung pada tahun 1931. Pendidikan tingginya diambilnya di Rechtshogeschool (Sekolah Tinggi Hukum) di Jakarta (sekarang Fakultas Hukum Universitas Indonesia) pada tahun 1939, dan berhasil meraih gelar Meester in de Rechten (saat ini setara dengan Magister Hukum).
Ia merupakan sosok yang sangat pemberani namun sangat sederhana. Dalam sebuah artikel tertulis bahwa karena kesederhanaannya Ia bahkan tidak mampu membelikan kain gurita untuk anaknya padahal waktu itu ia menjabat sebagai Menteri Keuangan. Ia tidak mau menggunakan uang rakyat maupun pengaruh jabatannya untuk kepentingan pribadinya.
Syafrudin Prawiranegara pernah menjabat sebagai Wakil Perdana Menteri, Menteri Keuangan, dan Menteri Kemakmuran. Ia menjabat sebagai Wakil Menteri Keuangan pada tahun 1946, Menteri Keuangan yang pertama kali pada tahun 1946 dan Menteri Kemakmuran pada tahun 1947. Pada saat menjabat sebagai Menteri Kemakmuran inilah terjadi Agresi Militer II dan menyebabkan terbentuknya PDRI.
Seusai menyerahkan kembali kekuasaan Pemerintah Darurat RI, ia menjabat sebagai Wakil Perdana Menteri RI pada tahun 1949, kemudian sebagai Menteri Keuangan antara tahun 1949-1950. Selaku Menteri Keuangan dalam Kabinet Hatta, pada bulan Maret 1950 ia melaksanakan pengguntingan uang dari nilai Rp 5 ke atas, sehingga nilainya tinggal separuh. Kebijaksanaan moneter yang banyak dikritik itu dikenal dengan julukan Gunting Syafruddin.
Syafruddin kemudian menjabat sebagai Gubernur Bank Sentral Indonesia yang pertama, pada tahun 1951. Sebelumnya ia adalah Presiden Direktur Javasche Bank yang terakhir, yang kemudian diubah menjadi Bank Sentral Indonesia.
Ia menjabat sebagai Presiden yang merangkap menteri pertahanan, penerangan, dan luar negeri ad interim pada Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI), yang dibentuk untuk menyelamatkan pemerintahan RI. Ketika itu, Belanda baru saja melancarkan agresi militer ke-2, pada 19 Desember 1948, di Ibukota RI yang saat itu berkedudukan di Yogyakarta. Belanda pun menahan Presiden dan Wakil Presiden RI saat itu, Soekarno-Hatta. Di sela-sela penangkapan itu, Soekarno mengirim telegram kepada Sjafruddin yang saat itu menjabat sebagai Menteri Kemakmuran RI, dan tengah berada di Bukittinggi, Sumatera Barat. Kepada Syafruddin, Soekarno meminta agar dibentuk pemerintahan darurat di Sumatera, jika pemerintah tidak dapat menjalankan kewajibannya lagi. Syafruddin dan tokoh-tokoh bangsa lainnya di Sumatera kemudian membentuk PDRI, untuk menyelamatkan negara yang berada dalam keadaan berbahaya akibat kekosongan posisi kepala pemerintahan (Vacuum Of Power). Karena, posisi itu menjadi salah satu syarat internasional untuk di akui sebagai negara di dunia. PDRI pun diproklamirkan 22 Desember 1948 di Desa Halaman, sekitar 15 Kilometer dari Payakumbuh. Jabatan Presiden merangkap menteri pertahanan, penerangan, dan luar negeri ad interim yang di isi Syafruddin, kemudian berakhir setelah dia menyerahkan kembali mandatnya kepada Soekarno yang kembali ke Yogyakarta pada 13 Juli 1949. Riwayat PDRI pun berakhir.
Namun di balik jasanya, Tokoh No. 1 ini telah terlupakan begitu lama, entah disengaja atau memang terlupakan. Namun, jasanya mempertahankan Indonesia patut untuk dihargai sebagai Pahlawan. Ia akhirnya diberikan gelar pahlawan oleh Presiden SBY pada tahun 2011 setelah namanya terkubur bertahun-tahun lamanya.
Sumber: Dari Berbagai SumberKunjungi terus blog ini untuk melihat siapa dibalik orang No.1 yang terlupakan pada part 2.
6 comments
waw.. sy aja masih belum kenal ....
tunggu part berikutnya deh
@Ahmad Rizal Samsi He,,he,,, oke bro!
Sama gua juga blm kenal xixixi
@Fahmi Setiawan He,,he,, kenalan dank!
dah lama ga mampir kesini banyak yang terlewatkan
@Fahmi Setiawan He,,he,,, ni belum-belum update udah hmpir sebulan, gara-gara dikampung gak ada jaringan jadi gak bisa ngeblog, he,,he,,
Posting Komentar