Kemajuan tekhnologi yang begitu pesat mengakibatkan perubahan pola fikir pada masyarakat juga. Perpaduan budaya semakin tinggi. Perubahan-perubahan tersebut juga mengakibatkan perubahan pada pola fikir bagi kalangan mahasiswa. Pergeseran pola fikir tersebut terjadi karena adanya persaingan, tuntutan keluarga, sistem pendidikan yang digeluti maupun lingkungan dimana ia berada. Sebagai seorang mahsiswa, pola fikir sangatlah penting. Karena pola fikir seorang mahasiswa menentukan bagaimana ia bertindak sebagaimana gelar yang dimiliki yaitu sebagai penggerak people power. Namun pada era sekarang ini telah terlihat pola fikir yang salah bagi kebanyakan mahasiswa yang ada. Perubahan pola fikir telah diprediksi sebelumnya oleh Bapak Hariman Siregar dimana dalam tulisannya pada buku "Mahasiswa Pelopor dan Penggerak People Power" ia membedakan antara mahasiswa dulu dan mahasiswa sekarang. Dimana pola fikir mahasiswa dulu masih benar-benar bertujuan untuk menciptakan pribadi seorang pemimpin sedangkan mahasiswa sekarang seakan-akan didesain menjadi seorang pekerja. Disinilah letak kesalahan pola fikir bagi kalangan mahasiswa seperti yang diungkapkan oleh bapak Hariman Siregar tersebut.
Perubahan tersebut tidaklah dapat dielakkan. Persaingan yang terjadi dialangan masyarakat mengakibatkan setiap orang harus berupaya sekuat tenaga untuk meraih strata sosial yang baik dalam hal ini pekerjaanlah yang akan menjadi tujuan utama bagi setiap orang yang menempuh perguruan tinggi. Mulai dari ia memilih jurusan saat masuk sampai nanti ia memutuskan untuk cepat menyelesaikan studinya. Keadaan itu tidaklah dapat dipungkiri dan tidaklah dapat disalahkan kepada kaum mahasiswa karena yang mereka kejar merupakan bagian dari masa depannya dan itu akan menjadi kebanggaan bagi keluarganya.
Pengaruh orang tua juga berperan dalam menentukan pola fikir dikalangan mahasiswa karena sejak kecil sampai ia meraih gelar maha, pandangan dan keinginan orang tua juga selalu membayang-bayangi setia jalannya. Tidak ada seorang anak pun yang tidak mau membahagiakan orang tuanya. Jika orang tua pun menginginkan anaknya menjadi sesuatu kadang anak tidak dapat menolak. Kondisi-kondisi tersebut yang mengakibatkan pola fikir yang salah bagi kalangan mahasiswa.
Selain faktor persaingan dan tuntutan keluarga, sistem pendidikan juga sangatlah penting dalam membentuk pola fikir bagi kalangan mahasiswa yang benar-benar berjiwa nasionalis. Seperti pandangan Bapak Hariman siregar dimana kampus dijadikan sebagai pembuat bibit-bibit calon pekerja dilihat dari kurikulum yang ada dari setiap kampus tersebut. Contohnya saja pemberlakuan sistem DO (Drop Out) dimana Mahasiswa yang tidak mampu menyelesaikan studinya pada waktu tertentu akan dikeluarkan dari kampus tanpa meraih gelar. Sistem ini menjadikan mahasiswa terkekang untuk bergerak dalan lebuih memilih untuk fokus pada bangku kuliah ketimbang pada pendidikan sosialisasi kemasyarakatan yang tidak dimiliki dibangku kuliah.
Sikap demikian tidak dapat dipungkiri, dan memang kebanyakan dari kita tidaklah sadar bahwa kita telah dijadikan dan dibekali bakat-bakat menjadi seorang pekerja untuk menjadi budak-budak di negeri orang. Banyak sudah orang-orang pintar yang cerdas dari negara kita namun mengabdikan ilmu dan kemampuan yang dimilikinya dinegeri orang. Begitu banyak orang-orang Indonesia yang memiliki kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang berharga namun hak cipta yang dari hasil karya anak bangsa kita dimiliki oleh negara lain. Itu merupakan beberapa contoh bahwa memang kita dilatih dan dipersiapkan sebagai seorang pekerja untuk bekerja di negeri orang. Keadaan tersebut terjadi karena karena pola fikir kita sejak awal sudah salah, yang kita kejar adalah pekerjaan dan untuk kepentingan pribadi.
Pola fikir mahasiswa yang salah akhirnya menjadi masalah bagi negara ini karena tidak adanya bibit-bibit unggul penerus pemimpin bangsa yang benar-benar bertanggung jawab. Saya pernah bertranya pada beberapa orang sahabat saya yang masih sama-sama memiliki status sebagai mahasiswa bahwa untuk apa kita kuliah? Apa yang kau inginkan setelah lulus kuliah nanti? Dan sebagian besar jawaban sahabat-sahabat ku bertujuan bahwa mereka kuliah untuk mendapatkan pekerjaan. Nah dari jawaban tersebut menandakan pola fikir seorang pekerja sudah tertanam dalam benak seorang mahasiswa. Tetapi sadarkah kita pekerjaan yang kita cita-citakan dan kita usahakan untak raih suatu saat akan tertutup peluang tersebut walaupun sekarang peluang sekarang masih terbuka lebar namun tidak menutup kemungkinan peluang tersebut akan hilang.
Pola fikir mahasiswa sekarang yang bertumpu untuk meraih pekerjaan bukan untuk mendewasakan pemikiran sehingga dapat menentukan pekerjaan yang layak bagi dirinya sendiri menjadidi momok dan persoalan besar bagi hampir sebagian orang. Banyak orang yang bingung untuk melangkah kemana setelah ia meninggalkan almamater tercintanya.
Sebagai kesimpulan bahwa sebagai seorang mahasiswa haruslah berfikir bahwa kuliah itu bukan untuk mendapatkan pekerjaan tetapi untuk mendewasakan fikiran sehingga lebih bijak untuk mengambil suatu kesimpulan dan langkah yang dapat menentukan masa depan bangsa. Dukungan keluargapun harus ikut ambil andil dalam meraih tujuan yang baik untuk bangsa bukan untuk diri sendiri. SO jadilah diri yang berfikir untuk bangsa walau kita tidak mendapat penghargaan yang layak bagi apa yang telah kita kerjakan.
3 comments
Mahasiswa harusnya menjadi tonggak pembaharuan, bukan menjadi budak negara!
bgmnapun yaach z ch nurut aja ama aturn yg dibuat, klo mmbngkan nnti dblng teroris kmpus lgii
Thanks Ya atas tanggapannya, tapi jika kita hanya berfikir tentang apa yg orang buat bukan apa yg kita buat apa jdnya dunia kmpus nantinya
Posting Komentar