Bentuk Lahan (Landform)
Bentuk Lahan (Landform) merupakan bentukan alam di permukaan bumi khususnya di daratan yang terjadi karena proses pembentukan tertentu dan melalui serangkaian evolusi tertentu pula (Marsoedi, 1996). Sukmantalya (1995), menjelaskan bahwa bentuk lahan merupakan suatu kenampakan medan yang terbentuk oleh proses alami, memiliki komposisi tertentu dan karakteristik fisikal dan visual dengan julat tertentu yang terjadi dimanapun bentuk lahan tersebut terdapat. Lebih lanjut Gunadi (1991) mengemukakan bahwa berkaitan dengan data bentuk-lahan, tanah, hidrologi, dan sebagainya, dapat merumuskan alternatif-Alternatif dan strategi pengembangan guna perencanaan penggunaan lahan. Sedangkan (Way 1973 dalam Zuidam, 1979), bahwa bentuk lahan adalah kenampakan medan yang dibentuk oleh proses-proses alami yang mempunyai susunan tertentu dan julat karakteristik fisik dan visual di mana bentuk lahan itu terbentuk. Verstappen (1983), mengemukakan bahwa ada beberapa faktor geomorfologi mayor yang berpengaruh dalam pengembangan lahan yaitu bentuk lahan, proses geomorfologis, dan kondisi tanah. Lebih lanjut dijelaskan, bahwa bentuklahan mencakup kemiringan lahan, proses geomorfologi; mencakup banjir, tanah longsor, dan bahaya dari proses alam yang merugikan, sedangkan mengenai kondisi tanah, antara lain mencakup kedalaman batuan dari pelapukan material. Karakteristik geomorfologis dalam hal ini bentuk lahan/medan memberikan informasi yang dapat menentukan dalam penggunaan lahan suatu daerah tertentu (sumber 1). Mitchel dan Way (1973) menyebutkan bahwa bentuk lahan adalah gambaran umum fisik rupa bumi. Karakteristik gambaran umum fisik rupa bumi, seperti morfografi,morfogenetik, morfometri dan material penyusun dapat ditafsirkan melalui peta topografi,foto udara atau citra satelit yang saat ini telah berkembang dengan pesat. Selarasdengan karakteristik gambaran umum fisik rupa bumi, maka secara garis besar bentuklahan berdaarkan morfografi dan morfogenetik dapat dibedakan menjadi bentuklahan asal denudasional, fluvial, marin, struktural, gunung api(vulkanik), aeolian,karst dan glasial (Sumber 2). |
Bentuk Lahan Asal Denudasional
Proses eksogen (epigen), seperti iklim, vegetasi dan aktivitas manusia merupakan faktor pengaruh yang sangat menonjol pada bentuk lahan denudasional. Iklim, seperti curah hujan dan perubahan temperatur berpengaruh terhadap proses pelapukan batuan, erosi dan gerakan tanah. Vegetasi dan aktivitas manusia sangat membantu percepatan proses eksogen, sehingga perubahan bentuk lahan terjadi sangat cepat.
Ciri-ciri bentuk lahan asal denudasional dapat diamati dari pola-pola punggungan yang tidak beraturan, pola aliran sungai yang membentuk pola dendritik dengan kerapatan pola pengaliran yang cukup rapat dan lereng relatif terjal. Material penyusun biasanya terdiri dari batuan homogen yang mudah lapuk, seperti lempung, lanau, serpih, dan breksi. Kenampakkan ciri-ciri bentuk lahan denudasional dapat diamati melalui peta topografi, foto udara atau citra satelit. Secara garis besar proses yang berlangsung pada bentuk lahan asal denudasional dapat dibedakan menjadi proses erosional dan proses longsoran (degradasional) dengan diakhiri oleh proses pengendapan (agradasional). |
Bentuk Lahan Asal Struktural
Pengaruh struktur geologi terhadap perkembangan dan penampilan bentuk lahan disebut sebagai bentang lahan yang dipengaruhi oleh struktur. Pengaruh struktur geologiyang sangat luas dapat mempengaruhi bentang lahan secara keseluruhan sampai tampilan terkecil bentuk lahan yang berlangsung bersamaan dengan proses geomorfologi lainnya. Pengaruh struktur geologi pada geomorfologi dapat dibagi menjadi dua jenis struktur utama; yaitu: (1)struktur aktif yang berlangsung sehingga meninggalkan jejak bentang lahan modern, (2)struktur pasif yang meninggalkan jejak pada bentang lahan modern berupa pelapukan dan erosi.
Pengaruh struktur geologi yang mempengaruhi aspek-aspek struktur geomorfologi, seperti perlipatan dan sesar dapat dikenali melalui foto udara dan petatopografi. Foto udara dan peta topografi dapat menampilkan lokasi dan bentuk massabatuan yang memiliki bermacam-macam tampilan, antara lain: (a)ketahanan batuanterhadap pelapukan dan erosi, (b)perubahan kristal dan pengikisan batuan akibat pelapukan dan erosi, (c)penampilan lapisan dan (d)tampilan bentuk lainnya. Batuan dan iklim memiliki peran penting pada tampilan geomorfologi, terutama pada daerah yang memiliki hubungan erat dengan kondisi geologi seperti jenis batuan dan struktur geologi yang tergambar pada peta topografi atau yang tampak pada foto udara. Pada dasarnya batuan memiliki perbedaan ketahanan terhadap pelapukan dan erosi, sehingga sangat mendorong terjadi nya pengikisan pada lereng dengan ciri terbentuk nya lereng yang terputus. Perkembangan lereng yang cembung menunjukkan batuan yang relatif tahan terhadap pelapukan dan erosi, sedangkan perkembangan lereng yang cekung cenderung kurang tahan terhadap pelapukan dan erosi. Sangat jelas bahwa ketebalan lapisan batuan sangat berpengaruh terhadap bentuk lereng (cembung atau cekung). Jika suatu suatu lapisan batuan tipis atau proses pelapukan atau proses erosi/akumulasi aktif, maka permukaan lereng relatif halus, sehingga batuan tampak seperti tidak berlapis, sehingga singkapan lapisan akan tampak pada tebing atau dasar aliran. Interpretasi batuan secara rinci akan lebih baik jika dilakukan dila-pangan, tetapi kemampuan interpretasi foto udara dan peta topografi ditambah dengan pengetahuan geologi umum akan memberikan hasil lebih baik didalam menentukan batas-batas batuan, perlapisan, foliasi, kelurusan dan hubungannya dengan bentuk lahan, seperti tampilan gawir sesar dan erosi. Pola aliran sungai yang tampak pada foto udara dan peta topografi akan mencerminkan perlapisan batuan yang cukup baik pada suatu daerah, walaupun tertutup vegetasi dan tanah, tetapi masih mungkin untuk mengenali struktur geologi utama dan jenis batuan seperti lanau, batu pasir dan gamping. Smith(1943) menyebutkan bahwa ciri-ciri terbaik untuk mengenali batuan di suatu daerah melalui foto udara atau peta topografi adalah sebagai berikut: (1)kenampakkan topografi, (2)warna tanah dan batuan, (3)sebaran vegetasi dan (4)struktur primer dan sekunder.
Tujuan interpretasi struktur adalah menentukan lokasi, sebaran dan kesinambungan dari kunci hamparan bumi. Bentuk relief batuan yang tahan terhadap pelapukan dan erosi, seperti batu pasir, kuarsit dan batu gamping di bawah kondisi tertentu akan membentuk lapisan kunci yang baik. Hubungan erat antara interpretasi struktur dengan relief tergantung pada pemahaman dan analisis geomorfologi. Analisis pola aliran, kelurusan aliran dan pola vegetasi akan memudahkan interpretasi geomorfologi. Hubungan tersebut akan memberikan gambaran yang jelas terhadap relief dan struktur geologi, khususnya pada daerah-daerah tektonik muda.
Pada daerah luas yang memiliki relief rendah dan tertutup oleh lapisan tanah disertai dengan proses tektonik, malihan (metamorphisme) dan waktu pengikisan, maka akan sulit melihat hubungan morfologi dengan struktur geologi yang ada. Lapisan batuan yang memiliki bidang lapisan, arah jurus dan kemiringan lapisan batuan (strike&dip) mudah dikenali, terutama batuan endapan yang memiliki bidang lapisan dengan jelas, karena ketahanan batuan terhadap pelapukan dan erosi. Bidang lapisan batuan yang datar atau hampir datar dan kontak sejajar serta tertutup tanah, pada kontur topografi menunjukkan pola-pola lingkaran tertutup, sehingga bidang lapisan batuan yang datar seolah-olah tidak memiliki arah jurus lapisan (strike) atau jarang tergambar pada bidang lapisan batuan tersebut.
Permukaan lapisan batuan ditunjukkan oleh relief topografi, lapisan dengan perbedaan ketahanan terhadap pelapukan dan erosi dicerminkan oleh perubahan lereng pada topografi; lereng yang sangat curam menunjukkan lapisan batuan yang sangat tahan terhadap pelapukan dan erosi, sedangkan lereng landai menunjukkan lapisan batuan yang kurang tahan terhadap pelapukan dan erosi. Kelompok lapisan batuan yang datar (horisontal), tebal dan sangat tahan terhadap pelapukan dan erosi akan menunjukkan tebing yang sangat tegak, karena keseragaman ketahanan terhadap pelapukan dan erosi, maka pola aliran normal akan mengambarkan pola aliran dendritik,khususnya jika pengaruh kekar dan rekahan tidak ada.Lapisan batuan yang tegak menunjukkan garis arah jurus lapisan dan gariskontak lapisan akan lurus dan sejajar dengan arah jurus lapisan, sehingga tampilan pada topografi tidak menunjukkan adanya pergeseran. Lapisan batuan tegak yang tebaldapat langsung dikenali dari lebar hasil pelapukannya, khususnya lapisan batuan yangmemiliki perbedaan ketahanan terhadap pelapukan dan erosi, sehingga pola aliran jenis trelis sangat berkembang. Pola-pola permukaan lapisan batuan yang memiliki kemiringan ditunjukkan oleh relief topografi arah jurus dan kemiringan lapisan batuan. Kemiringan lapisan batuan yang curam menyebabkan relief arah jurus lapisan batuan lebih menonjol, sehingga mempengaruhi bentuk permukaan lapisan batuan tersebut. Permukaan topografi yang datar menyebabkan pola permukaan lapisan batuan mengikuti arah jurus lapisan batuan sebenarnya. Jika permukaan topografi tidak datar, maka pola permukaan lapisan batuan menjadi fungsi arah jurus (strike), kemiringanlapisan (dip) merupakan kemiringan (gradient) topografi. Pola-pola permukaan lapisan batuan tidak mengikuti sepanjang arah jurus lapisan batuan sebenarnya, tetapi mengikuti arah jurus lapisan batuan semu. Penyimpangan antara arah jurus lapisan batuan sebenarnya dengan arah jurus lapisan batuan semu akan menambah kecuraman lereng pada topografi, kecuali jika arah jurus lapisan batuan membentuk sudut yang tepat terhadap kemiringan topografi, sehingga arah jurus lapisan batuan semu dan arah jurus lapisan batuan sebenarnya memiliki kesamaan. Permukaan topografi dan bidang lapisan batuan membentuk arah jurus punggungan membentuk hogback serta arah kemiringan lapisan batuan mudah dikenali. Pada lipatan monoklinal yang baik menunjukkan susunan pola aliran paralel sampai sub paralel dan trelis, setempat-setempat pola aliran dendritik sungai atau lembah pada topografi yang memotong arah jurus lapisan batuan dengan membentuk sudut, maka pada lembah V tersebut akan tercermin suatu lapisan dan kemiringan batuan yang jelas. Lapisan batuan yang memiliki kemiringan landai menunjukkan lembah Vs yang cukup panjang, sedangkan jika dibentuk oleh lapisan batuan dengan sudut kemiringanyang tajam akan membentuk lembah Vs yang pendek. Lebar suatu lembah ataupunggungan ditentukan oleh tajam atau tumpulnya kemiringan lapisan batuan. Jika suatu lembah memotong tegak terhadap arah jurus lapisan batuan, maka lembah Vsakan membentuk tebing yang simetri, sedangkan jika lembah Vs yang memotong arah jurus lapisan batuan membentuk sudut, maka perkembangan tebing lembah Vs tidak akan simetri. Jika lembah Vs sejajar (paralel) terhadap arah jurus lapisan batuan, makalembah tidak akan berkembang, tetapi percabangan aliran akan mengikis lembahlembah Vs. Bidang lapisan batuan yang tertutup oleh vegetasi atau material permukaan,maka arah jurus lapisan batuan dapat dikenali dengan dari ciri-ciri pola aliran padadaerah tersebut.Jika kemiringan lapisan batuan landai, maka aliran percabangan sungai yang panjang akan mengikuti arah kemiringan lereng lapisan batuan, tetapi apabilapercabangan sungai pendek dicerminkan oleh gawir lereng (Lattman dan Ray, 1965).
Struktur lipatan yang diikuti dengan sesar normal dan sesar naik dapat diketahui melalui pengulangan lapisan batuan dengan kemiringan lapisan batuan yang berlawanan,kecuali pada lipatan isoklin. Jika sumbu lipatan mendatar (horisontal), maka kedua sayapnya akan sejajar (paralel). Kedua sayap lipatan yang membentuk kurva(melengkung) dengan puncak sinklinal atau antiklinal akan membentuk lembah V atauU. Kedua sayap lipatan akan membentuk jalur permukaan lurus atau melengkung adasisi - sisi yang berlawanan. Pada suatu daerah perlipatan yang jelas, sumbu lipatanyang terletak pada puncak atau lembah yang terbentuk akibat perlipatan tersebut dapat ditentukan dengan cara perhitungan atau perkiraan arah jurus dan kemiringan lapisan batuan serta hubungan tiga dimensionalnya. Pada lipatan rebah yang sering diikuti oleh struktur sesar dan sesar naik, arahkemiringan lapisan batuan pada kedua sayapnya akan sama dan pola lembah V sangat membantu menentukan sayap yang berlawanan. Hubungan struktur geologi dengan morfologi akan tampak jelas pada suatud aerah bervegetasi sedikit dan tutupan tanah relatif tipis, tetapi pada daerah yang beriklim basah atau tropik basah, struktur geologi akan tercermin oleh bentuk relief daerah tersebut. Kerapatan vegetasi ketebalan tanah yang menutupi atau menghalangimorfologi struktur yang berada di bawahnya sangat sulit ditentukan, sehingga untuk menentukan struktur geologi tersebut pola aliran dan penyimpangan pola aliran dapatdigunakan sebagai ciri penentuan struktur.Aliran utama pada sayap lipatan cenderung mengalir sejajar arah jurus lapisan batuan dan mengikuti celah-celah lapisan batuan yang tahan terhadap pelapukan danerosi, sedangkan aliran-aliran yang kecil mengalir searah searah kemiringan lapisan batuan dan permukaan lereng lipatan membentuk pola aliran yang trelis. Lapisan yangmelengkung sekitar puncak lipatan tercermin oleh aliran utama yang melengkung. Polaaliran radial dan anular atau gabungan kedua pola tersebut sering berkemang padadaerah-daerah yang berbentuk kubah atau lipatan (antiklin) sungkup. Howard (1967) menyebutkan kelokan (meander) lokal pada sungai, kelokan tajam (compressed meander), percabangan sungai lokal, keragaman lebar tanggulsungai (levee) dan penyimpangan - penyimpangan (anomali) pada sungai merupakanciri - ciri struktur geologi atau deformasi aktif.
Pada sesar - sesar besar, biasanya sesar yang terletak pada bidang permukaan lahan yang melengkung terdapat pergeseran yang tidak menunjukkan celah dan biasanya berada sekitar mintakat regangan serta permukaan sesar merupakan suatubidang. Sudut sesar 45 derajat atau lebih biasanya disebut sebagai sesar normal dan sudut sesar kurang dari 45 derajat biasanya disebut sebagai sesar naik. Sesar normal pada fotoudara tampak seperti garis lurus atau garis melengkung, seperti kelurusan (lineament)yang membentang sangat jelas. Tampilan yang memanjang mencerminkan ataumemberi kesan bahwa sesar seperti dipengaruhi oleh kelurusan morfologi, aliran sungai (misalnya penggalan sungai lurus, air terjun, danau, genangan air dan mata air) atau kumpulan vegetasi yang dicerminkan oleh garis lurus karena perubahan rona (tone) foto udara yang tajam.Mintakat sesar atau kekar pada batuan lunak yang mudah tererosi akanmembentuk lekukan atau lembah. Pola aliran yang dipengaruhi oleh sesar atau kekarakan membentuk pola lurus (elongated) dan paralel atau angular. perubahan pola atau arah aliran sungai pada sisi yang berhadapan dari suatu kelurusan merupakan ciri sesaryang sangat menyolok. Breksi sesar biasanya sering menahan air disekitarnya,sehingga garis sesar pada foto udara akan menunjukkan garis hitan karena sangat jenuh oleh kandungan air dan kemungkinan lebatnya vegetasi. Mintakat sesar yangmemiliki kelulusan air (permebility) rendah akan mempengaruhi kondisi air tanah danmenyebabkan perubahan kumpulan vegetasi, sehingga sesar dicirikan oleh mata air.
Suatu daerah yang disusun oleh batuan yang keras dan memiliki lapisan yangmendatar (horisontal) kemudian terangkat, maka akan membentuk morfologi "mesa" atau plato yang dipengaruhi oleh struktur. Pengikisan (erosi) yang berlangsung pada sisi - sisi gawir bagian depan struktur, maka akan membentuk alur erosi yangsejajar (paralel) atau gawir erosi yang tidak menerus hasil dari kegiatan erosi mata airatau limpasan air permukaan ( runoff ) yang terkumpul. Jika diameter batuan penutup ukurannya lebih kecil dari pada tinggi bukit disekitarnya, maka digunakan istilah "butte".Kemiringan lapisan batuan yang memiliki satu arah, karena posisi awalnya sudah miring(contoh: lereng cekungan pengendapan yang curam) atau miring karena tektonik, maka bentang lahan yang berkembang menunjukkan relief perbukitan atau pegunungan yangdisusun oleh batuan keras yang miring. Bentuk lahan yang simetris atau asimetris tergantung pada kemiringan lapisan batuan dan proses yang berlangsung padabentuk lahan tersebut. Struktur monoklin yang cukup dikenal antara lain "cuesta","hogback" dan pegunungan "dike"."Cuesta' adalah punggungan asimetri dengan salah satu sayap yang panjang,umumnya searah dengan kemiringan lapisan batuan yang keras dan lereng landai. Pada salah satu sisi lereng "cuesta" memiliki kemiringan lereng yang terjal, sedangkan pada sayap lain memiliki kemiringan yang landai.
"Hogback" adalah punggungan dengan puncak yang terjal, dibentuk oleh lapisan batuan keras atau batuan yang memiliki kemiringan lapisan batuan yang terjal. Bentuk lahan pada umumnya agak simetri, tetapi ada juga yang tidak simetri.Punggungan yang menyerupai "dike" dibentuk oleh lapisan batuan yang memiliki kemiringan hampir tegak, kemiringan lereng sangat curam dan hampir simetris. Lapisanatau struktur lapisan sejajar (planar) yang miring merupakan bagian dari lipatan tunggal(single fold ) atau bagian dari sistem lipatan (kumpulan lipatan). Struktur lipatan dapat berupa antiklin atau sinklin. Antiklin adalah lipatan ke atas yang telah mengalamiperkembangan beberapa tahap. Antiklin sederhana memiliki kemiringan lapisan batuandari arah sumbu antiklin ke arah sisi-sisi yang berlawanan, sedangkan sinklin adalahlipatan lapisan batuan dengan arah kemiringan yang bertindak sebagai sayap menujusumbu sinklin. Suatu daerah yang terlipat dan tererosi akanmenunjukkan relief yang bergelombang membentuk bukit dan lembah. Bagian bukitmenunjukkan antiklin, sedangkan bagian lembah menunjukkan sinklin.
Jika daerah terlipat tererosi, maka akan tampak bentuk lapisan batuan yang dipengaruhi oleh perbedaan kekerasan batuan. Kedua sisi antiklin dikenal sebagai sayap, sedangkanpada bagian yang paling tinggi disebut puncak. Bidang yang memotong lipatan pada puncaknya disebut sebagai bidang sumbu. Jika bidang sumbu tegak sejajar sumbu lipatan, maka lipatan tersebut dinamakan lipatan simetri.Kekar dan sesar sangat mempengaruhi perkembangan bentuklahan, sedangkan kekar-kekar tersebut pada umumnya membentuk arah yang tegak atau mendatar pada lapisan batuan selaras dengan arah gerak yang tidak beraturan. Sistem kekar sangat banyak dan suatu sistem kekar terdiri dari dua atau lebih kelompok kekar yang sejajar. Pelapukan dan erosi yang mengikuti sistem alur kekar sejak terbentuk akan menjaditempat mengalirnya air ketika terjadi hujan. Sistem kekear yang sangat luas mudah dikenali pada foto udara dan peta topografi dengan cara melihat pola aliran sungai,kerapatan vegetasi yang berkelompok pada jalur kekar dan arah perbukitan. Sesar adalah rekahan atau mintakat (zone) rekahan pergeseran yang panjangdengan sisi-sisi rekahan sejajar. Pergeseran yang tegak menghasilkan suatu gawirsesar yang terjal. Kenampakan sesar pada foto udara atau petatopografi akan sangat tajam , seperti naik turunnya blok yang tersesarkan tergantungpada gerak / pergeseran sesar, kegiatan erosi dan kekerasan batuan. Perbedaan erosisepanjang gawir sesar ( = perpotongan antara bidang sesar dengan permukaan) jarangsekali nampak, dibandingkan dengan hasil langsung dari gerakan yang menyebabkanterjadinya sesar (bidang sesar), sehingga yang tampak adalah jejak sesar berupa garisdan biasanya disebut sebagai garis gawir sesar. Suatu garis gawir sesar obsequenadalah kenampakan gawir sesar, kecuali pada daerah bertopografi rendah tampak blokyang naik dan turun.
Thornbury (1969, halaman 253 - 256) menggunakan analisis umum untukmenentukan gawir sesar dan garis gawir sesar, dengan cara :(1). Melihat bidang kasar yang mengesankan bekas goresan dan di-terapkanhanya pada sesar - sesar yang berumur muda. Bidang yang memberikankesan goresan belum tentu sebagai gawir sesar.(2). Bidang sesar dicirikan oleh :(a). Breksi sesar, mintakat (zone) hancuran dan mintakat rekahanserta kekar(b). Tampilan permukaan sesar yang menunjukkan goresan -goresan pada bidang sesar ("slickenside"), tetapi goresantersebut jarang ditemukan. (c), Tampilan pergeseran lapisan batuan yang tegak, mendatar,atau miring.(3). "Triangular facet" (permukaan berbentuk segitiga ?) dengan ciri bagian ujungatas yang meruncing.Bagian ujung yang meruncing dianggap sebagai bagian yang pa -ling dekatdengan sesar dan biasanya menutupi sesar yang tampak sekarang.Biasanya lereng permukaan (facet) yang meruncing kurang dari 30 derajat, sedangkan bidang sesar normal lebih lebih curam. Selanjutnya ujung yangmeruncing dari permukaan segitiga (triangular facet) mengalami perombakanoleh pelapukan dan erosi, sehingga tidak menunjukkan ciri - ciri permukaansesar.(4). Kelurusan gawir. Sesar memanjang seperti garis lurus; padahalkenyataannya melengkung, jika dibandingkan dengan gawir cuesta yangmemiliki gawir yang lurus. Kelrusen mencerminkan gawir sesar atau garisgawir sesar.(5). Jeram berbentuk V dengan batuan dasar mengikuti garis sesar.(6). Pendekatan dengan melihat bertambah miringnya dasar sungai di sepanjang jeram dan disebut sebagai lembah "gelas anggur" ("wineglass" valley),sehingga dijadikan sebagai bukti sesar sekarang (Resen).(7). Lembah naik (Hanging valley) pada permukaan gawir. Lembah naikbiasanya terjadi di sepanjang gawir sesar, tetapi dapat juga terjadi disepanjang garis gawir sesar yang mencerminkan terdapat perbedaanregangan pada kedua sisi blok sesar.(8). Mataair di sepanjang dasar gawir. Mataair sering ditemukan di sepanjangsesar tetapi bukan berarti batas sesar atau sesar aktif.(9). Aliran lava sepanjang alur sesar. Hamparan aliran lava bukan menutupisesar, tetapi vulkanisme terjadi pada jalur sesar yang disebut sebagaimintakat lemah.Tampilan topografi dapat memberikan kesan sesar, tetapi tidak berarti sebagaisesar. Fenomena - fenomena (kejadian) yang dapat diperkirakan terjadi sesar saatsekarang atau masa lalu antara lain :- sering terjadi longsoran.- kelurusan punggungan yang tidak dipengaruhi oleh jenis batuan. - pola aliran sungai paralel yang memotong berbagai jenis batuan.- kelokan tajam aliran sungai. |
Bentuk Lahan Asal Gunung Api
Bentuk lahan gunung api terbentuk dari hasil endapan gunung api berupa endapan lava yang membeku dan fragmen-fragmen gunung api, sehingga dapat dibedakan dengan bentuk lahan lainnya dan sangat mudah dikenali pada foto udara. Letusan (erupsi) gunung api dapat dibedakan berdasarkan material yang keluar dari saluran magma gunung api atau "vent", yaitu jika material yang dikeluarkan dari saluran magma melalui pusat saluran magama gunungapi/ vent disebut sebagai pusat letusan. Material yang keluar melalui celah/ rekahan saluran magam disebut sebagai letusan celah/ rekahan dan material yang keluar melalui beberapa saluran magma yang tersebar luas pada suatu daerah disebut sebagai daerah letusan. Klasifikasi ini sulit untuk diterapkan pada setiap kejadian letusan, karena sebuah letusan akan terjadi di sepanjang rekahan (minakat lemah), sehingga pusat letusan besar dapat terjadi melalui sejumlah kerucut parasit (parasit cone) yang terapatdi sepanjang jalur rekahan pada sayap/ lereng gunung api. Perbedaan pusat letusan dengan letusan yang terjadi melalui rekahan umumnya tergantung pada skala dan tahap pertumbuhan gunung api, sehingga perbedaan itu akan sangat menonjol. Daerah gunung api disebut juga "polyrifice" dicirikan oleh tidak pernah terdapat pusat letusan, karena letusan akan terjadi pada titik-titik tertentu dalam kurun waktu yang panjang (Karapetian, 1964). Struktur tubuh gunung api cenderung berukuran kecil dan jarang mencapai ketinggian 450 meter. Terak (scoria) lava, kerucut lava, kubah lava dan hamparan lava adalah sebutan jenis-jenis gunung api yang paling menonjol, sedangkan gunung api strato sangat jarang atau hampir tidak ada. Sebaran gunung api pada umumnya tidak beraturan, tetapi tidak menutup kemung-kinan sebaran gunung api tersebut berkelompok.
Kondisi sebaran gunung api tersebut berdasarkan beberapa penelitian menyebutkan bahwa gunung api terbentuk bersamaan dengan tumbukan dan pemekaran lempeng, sehingga gunung api biasanya terbentuk pada sabuk pegunungan Alpen dan sabuk Pasific. Komposisi petrografi batuan penyusun gunung api pada suatu daerah yang luas akan memiliki kesamaan, sehingga berdasarkan sebaran yang luas dan kesamaan petrografinya, maka jenis gunung api dapat dibagi menjadi dua kategori, yaitu (1)kerucut dan sebaran kerucut serta hubungan bentuk kubah dan (2)plato dan dataran. Beberapa gunungapai ada yang membentuk sebagian kubah lavadan sebagian lagi membentuk plato vulkanik. Selanjutnya tampilan negatif hasil letusan berupa kaldera yang sangat luas, sehingga terbentuk danau hasil dari letusan tersebut atau akibat penurunan (depresi) yang terbendung oleh lava yang mengeras. Berdasarkan Ollier(1970), jenis gunung api dan kawah merupakan hasil endapan lava kental derajat tinggi dari suatu daerah yang sangat luas. Larutan magma (kaya Mg,Fe dan Ca) menguapkan H2O (uap), SO2 dan CO2 serta mengurangi potensi letusan. Magma yang bertemperatur tinggi mengalir keluar secara perlahan-lahan melalui celah-celah/ rekahan-rekahan yang terdapat pada gunung api, seperti rekahan yang disebabkan oleh "horst volcano tectonic" atau lahan yang tergali (R.W. Fairbridge,1968).
Magma kental (banyak mengandung SiO2 dan alkali) cepat dingin dan melekat, menyimpan lebih banyak gas. Setelah gerakan magma pada saluran terhenti dan temperatur naik, tekanan gas menyebabkan kawah tua retak, sehingga dapat menyebabkan terjadinya letusan dan penumpukan debu, bara, serta terak (scoria) lava. Letusan biasanya terjadi dari lubang kawah tunggal yang biasa disebut dengan pusat letusan gunung api. Terjadinya letusan gunung api dapat dibedakan menjadi dua macam, antara lain (1) monogenetik, yaitu letusan terjadi sekali, berupa letusan kecil, dan (2) poligenetik, yaitu letusan terjadi beberapa kali, sering menyemburkan lava secara berulang-ulang. Letusan monogenetik selalu dihubungkan dengan jalur rekahan gunungapi, sebagai contoh jalur rekahan lava yang terbuka sekali, kemudian lava membeku dan muncul kembali di tempat lain. Poligenetik biasanya berhubungan dengan pusat gunung api. Pada awalnya letusan terjadi dari kawah-kawah kecil kemudian kawah tersebut terkubur oleh limpahan/ curahan kawah lainnya (sehingga kawah tumpang tindih) dan pada akhirnya lenyap karena letusan kaldera. Ketika letusan terhenti,endapan lava dan piroklastik membentuk strato vulkanik, lapisan lava dapat dilihat pada dinding-dinding kawah atau lereng-lereng kawah yang tererosi.
|
Sumber: http://www.scribd.com/doc/58044686/26/Bentuklahan-asal-struktural dan http://belajarmenjadigeograf.blogspot.com/2009/11/analisis-bentuk-lahan-antropogenik-di.html
Posting Komentar